Jakarta - Direktur Jenderal Imigrasi, Silmy Karim menyampaikan bahwa rekomendasi
Kementerian Agama (Kemenag) sudah tidak menjadi syarat pengurusan paspor untuk umrah.
Pencabutan syarat tersebut juga dibahas saat audiensi Dirjen Imigrasi dengan Dewan
Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (DPP
AMPHURI), Selasa (21/02/2023).
“Kita jangan mempersulit masyarakat yang ingin menjalankan ibadah. Imigrasi selalu
berkomitmen untuk melayani secara maksimal jamaah haji dan umrah, baik pada saat
pembuatan paspor maupun dalam proses berangkat dan pulang dari dan ke Tanah Air,” ungkap
Silmy pada Kamis (23/02/2023).
Persyaratan permohonan paspor diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 18
Tahun 2022 Pasal 4.
Adapun pencabutan rekomendasi Kementerian Agama sebagai syarat
pengurusan paspor untuk umrah tercantum dalam Surat Direktur Jenderal Imigrasi perihal
Pelayanan Penerbitan Paspor RI bagi Jemaah Haji dan Umrah Nomor IMI-GR.01.01-0070
Tanggal 22 Februari 2023.
Silmy menambahkan, dicabutnya syarat rekomendasi Kemenag bukan berarti Imigrasi tidak
melakukan pengawasan.
Ia menegaskan bahwa Imigrasi akan tetap melakukan pemeriksaan
terhadap pemohon paspor yang diduga dapat melakukan penyalahgunaan.
Pemeriksaan
tersebut dilakukan di kantor imigrasi serta Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) melalui
wawancara singkat oleh petugas,
“Dari hasil evaluasi, rekomendasi Kemenag tidak menjamin bahwa paspor tidak akan
disalahgunakan pada saat di luar negeri.
Oleh karena itu, setelah kebijakan ini diterapkan, saya
minta perusahaan/asosiasi penyelenggara umrah dan haji untuk memastikan jemaahnya
kembali ke Tanah Air.
Jika terbukti ada penyelenggara haji dan umrah yang melanggar
ketentuan maka kami akan evaluasi lagi kebijakannya,” tuturnya.
Pemastian kepulangan jamaah umrah juga mendukung kesepakatan Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Arab Saudi dalam pembatasan penempatan Pekerja Migran Indonesia. Saat ini.
Moratorium penempatan PMI di Arab Saudi masih berlaku, dengan menerapkan Sistem
Penempatan Satu Kanal (SPSK).
Laporan Analisis Data Penempatan dan Perlindungan PMI Pusat Data dan Informasi Badan
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) periode tahun 2021 menunjukkan, Arab Saudi
menempati peringkat ke-7 dalam hal penempatan TKI, dengan total 747 orang.
Angka tersebut
sangat jauh dibandingkan dengan jumlah TKI penempatan Hong Kong di peringkat ke-1, yakni
sebanyak 52.278 orang. Dalam periode tahun 2022, Arab Saudi masih menempati peringkat
yang sama meskipun angka penempatan meningkat signifikan, yakni total 4.676 orang.
Pada periode bulan Januari 2023, data BP2MI menunjukkan bahwa Arab Saudi masih
konsisten di peringkat ke-7 dalam penempatan TKI, yaitu 454 orang.
Berdasarkan statistik
terbaru, lima negara penempatan TKI terbanyak adalah di Malaysia (9.523 orang), Taiwan
(5.899 orang), Hong Kong (4.844 orang), Korea Selatan (1.100 orang) dan Jepang (575 orang). (Rdwn)